Selasa, 15 September 2015

Pupuk Organik Cair

Sampai saat ini masyarakat desa sebagian besar masih memelihara berbagai hewan ternak di rumah-rumah. Kebanyakan hewan ternak yang dipelihara di sebagian masyarakat desa adalah sapi. Keberadaan hewan ternak ini selain akan menghasilkan keuntungan, setiap harinya juga akan menghasilkan kotoran baik berupa padat (feses) maupun cair (urine).

Kotoran sapi (feses) merupakan bahan organik yang mempunyai prospek yang baik untuk dijadikan pupuk organik, karena mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi. Dalam penelitian Arinong dan Lasiwua, (2011) mengatakan bahwa pupuk organik cair kotoran sapi berpengaruh possitif bagi pertumbuhan, tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan produksi tanaman sawi.

Adanya respon pertumbuhan dan produksi yang baik pada pemberian pupuk organik cair kotoran sapi disebabkan oleh adanya nutrisi berupa hara yang terkandung. Ohorella (2012), mengatakan bahwa pupuk organik cair selain mengandung nitrogen, juga mengandung unsur  hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.

Tabel 1. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi

N
P
K
Ca
Mg
Na
%
1.06
0.52
0.95
1.06
0.86
0.17

Fe
Mn
Zn
Cu
Cr

Ppm
5726
344
122
20
6

Sumber, (Hsieh S.C dan C.F. Hsieh, 1987).

Urine sapi merupakan limbah organik dari sisa-sisa metabolisme sapi yang dikeluarkan dalam bentuk cair. Urine sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur yang terpenting untuk proses pertumbuhan tanaman, sehingga urine sapi ini bisa menjadi sumber nutrisi alternative yang murah dalam budidaya tanaman secara hidroponik.

Walaupun pupuk organik cair dari kotoran sapi merupakan pupuk yang ramah lingkungan, tetapi  penggunaan  pupuk  organik cair ini masih memiliki kendala karena memiliki kandungan hara makro dan mikro rendah. Agar kandungan hara dalam urine sapi menjadi lebih baik, perlu dilakukan peningkatan kadar hara dalam kotoran sapi dengan menggunakan agen biologi atau bakteri, proses ini bisa disebut fermentasi.

Fermentasi merupakan  proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu subsrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Lama waktu proses fermentasi kotoran sapi ini cukup 2 minggu saja atau sekitar ± 15 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih