Selasa, 28 Juli 2015

Nutrisi dan Pengaruh Unsur Hara

Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam dengan menggunakan media selain tanah. Hal yang terpenting dalam budidaya tanaman dengan teknik hidroponik adalah air dan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Beberapa kelebihan dalam bercocok tanam dengan teknik hidroponik adalah bisa dilakukan di lahan yang sempit, kesuburan dan produksi tanaman bisa dikontrol, produktivitas tinggi dan jarang terserang penyakit atau hama serta kebutuhan nutrisi tanaman bisa dikontrol (Surachman dan suyitno, 1996).

Ada beberapa model atau teknik untuk pengaplikasian sistem hidroponik. Diantaranya ada model Aeroponik, Drip Irigasi, NFT (Nutrient Film Technique), teknik Terapung. Dari beberapa macam model hidroponik tersebut masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam melakukan budidaya tanaman dengan teknik hidroponik, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah unsur hara atau nutrisi bagi tanaman. Unsur-unsur hara esensial yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Yang termasuk dalam unsur makro adalah unsur C, H, N, O, P, K, Ca, Mg, S, sedangkan yang termasuk unsur mikro antara lain Cl, B, Fe, Mn, Zn, Mo, dan Cu (Gardner et al., 2008).

Jika suatu tanaman kekurangan atau mengalami defisiensi unsur hara, baik makro maupun mikro maka tanaman tersebut akan mengalami gangguan. Gejala defisiensi suatu unsur hara sangat bervariasi dari satu tanaman ke tanaman lain. Menurut Sastrahidayat dan Soemarno (1991), ada gejala-gejala klasik tertentu yang berhubungan dengan kekurangan unsur hara, seperti uraian berikut.

a. Deisiensi N dan S dapat mengakibatkan tanaman lebih kecil (kerdil), klorosis. Defisiensi belerang tampak pada daun muda dan menyebabkan kematian pucukdan tepi daun, serta diikuti nekrosis. Defisiensi N menyebabkan tanaman menguning secara menyeluruh.
b. Defisiensi P menyebabkan tanaman kerdil tetapi daun-daunnya menjadi hijau tua dan sebagian menjadi keunguan.
c. Defisiansi K menghasilkan bercak-bercak kuning yang khas pada permukaan atas daun dan kemudian berkembang menjadi orange dan muncul nekrosis pada tepi daun; daun tua menunjukkan gejala lebih dulu.
d. Defisiensi Ca biasanya terbatas pada tepi daun yang berubah menjadi putih seperti tercuci. Daun-daun muda berubah bentuk seperti mangkok karena gangguan pada fase awal pembelahan sel. Biasanya daun-daun muda terpengaruh terlebih dahulu.
e. Defisiensi Fe menyebabkan klorosis, daun-daun muda terpengaruh terlebih dahulu, dan menguningnya daun terjadi menyeluruh pada seluruh helai daun. Unsur besi relatif tidak mobile dalam tubuh tanaman, sehingga kalau suplai besi berkurang maka gejala defisiensi cepat muncul pada jaringan muda.
f. Defisiensi Mg menyebabkan daun menguning (bronze) yang dapat dibedakan dari defisiensi unsur lainnya. Daun-daun tua atau daun yang terkena sinar matahari langsung terpengaruh lebih dulu. Tulang daun biasanya tetap hijau dan daging daun diantaranya menjadi klorosis, sehingga berlawanan dengan defisiensi nitrogen.
g. Defisiensi Zn dan B mengakibatkan daun-daun muda tidak dapat berkembang menjadi bentuk yang sempurna, dan kondisi seperti ini sering disebut “daun kerdil”. Defisiensi Zn juga menyebabkan klorosis daging daun, sedangkan defisiensi B dapat menyebabkan nekrosis jaringan tanaman. Tanaman yang defisiensi B sangat peka terhadap gangguan penyakit.
h. Defisiensi Cu dan Mo mempengaruhi ujung dan tepi daun, yakni menguning dan seperti terbakar. 

(Ahmad Solikhin, S si)